Malam
By: era susanti
Malam.
Dingin.
kalut.
Gelap.
Benci.
Resah.
Gundah.
Sunyi.
Kudus.
Aku. Kembali melintasi padang ilalang durjana.
Melambai menggoda jiwaku yg pilu.
Linglung.
Kau. Berdiri di seberang sana.
Masih tak jua mundur dari pengharapan.
Sementara aku,yg tertinggal hanya duka berbalut luka yg kau toreh.
Kembali!
Tidak!
Ancamanmu memecah kesunyian malam.
Memekakkan telingaku.
Akupun bersua.
Tak! Tak mau aku kesisimu!
Tak pula jua aku berseberang-seberangan denganmu.
Aku ingin aku!
Bukan kamu!
Ataupun kita!
Tertatih aku selama ini dibalikmu.
Tak sudi lagi aku dibayangimu.
Biar. Biar semua orang tau bahwa dunia tak seindah rupanya!
Kita berbeda. Dan karena perbedaan itulah kita ada.
Kita bersatu.
Itu katamu dulu.
Tapi nyatanya, kau menyeretku kembali.
Setelah menyuruhku pergi ke seberang tanah ini.
Yg naasnya,ku temukan diriku disini.
Ya.
Aku menemukan pecahan mozaik hidupku.
Siapa sangka?
Kita begitu berbeda.
Padahal dulu kita sama.
Ah. Jangan sebut masa itu.
Tak tertoreh luka yg meliputiku.
Asa,duka,berbareng dengan cita. Itu hidupku.
Tapi itu dulu.
Tidak sekarang.
Kau munafik! Kau tarik ucapanmu.
Lalu kau paksa aku ikut denganmu.
Kau pikir aku ini apa??hah??
Binatang malam?yg hanya bersembunyi dibalik hitamnya malam.
Tidak!
Kita tak sama!
Mungkin kau adalah malam.
Tapi aku,
Aku adalah siang.
Yg penuh cahaya mentari.
Menyengat .
Membakar kulit dan tulang belulangmu.
Aku tak ingin terus-terusan menjadi pecundang seperti dirimu!
Yg tak mau mencoba melangkah.
Menetap di satu titik itu saja.
Jadi,jangan salahkan aku.
Jangan salahkan dunia!
Dan jangan salahkan Tuhanmu!
Karena ini semua tercipta untuk kesempurnaan.
Bukan kerusakan seperti yg kau katakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar